Senin, 16 September 2013

perkara siapa yang terbaik

Bisa kau beri alasan kenapa kau memilih orang yang kau pilih saat ini, orang yang telah mengisi hatimu selama ini, orang yang kau sendiri tak punya alasan untuk meninggalkannya saat ini. Entah kenapa orang itu memang yang terbaik, tapi bukankah ada banyak orang yang lebih baik disana dibanding orang yang kau pilih saat ini? Perkara cinta, bukankah masalah ragu, jenuh, egois, dan pencemburu semua adalah bumbu. Lalu banyak orang menilai semua adalah kekurangan dari apa yang selama ini kita menerima apa adanya cinta. Banyak cinta yang buta akan kekurangan mereka seakan lupa kalau selama ini dia lebih apa yang kau harapkan disana. Bukankah dengan merelakan menunggu adalah pengorbanan yang tulus baginya, sebuah kesetiaan yang langka, yang semua orang belum tentu bisa melakukanya. Ada banyak orang disana sedang dilupakan akan masalah-masalah kecil, yang mereka ingat hanyalah 'lari dari masalah', lalu melampiaskannya dengan hati yang baru, yang menurut mereka adalah hati yang baru lebih akan lebih baik ketimbang hati yang lama yang hanya merusak dan tidak ada rasa pengertiannya. Menyesal karena telah memilih. Ungkapan bodoh adalah mereka yang telah mantap meyakinkan hati untuknya lalu mengecewakannya begitu saja dikemudian hari, yang seakan lupa, janji-janji manis yang sering diucapkan "Aku, gak akan ninggalin kamu" ini bukan perkara siapa yang pergi dan siapa yang telah lelah mempertahankan karena hubungan yang tak seimbang. Ada banyak rasa bersalah karena mereka bingung untuk apa bertahan dalam kondisi cinta yang sudah tidak ada pada kedua belah pihak. Bukankah itu akan menyakiti keduanya. Tapi, bisakah teliti sebentar dengan apa yang pernah dilakukan dulu, kesempatan untuk mendapatkannya, dan pengorbanan untuk memantapkan hatinya untukmu. Di luar sana ada banyak orang yang jauh lebih baik dari apa yang kamu kejar, tapi ia memilihmu. Ini pernyataan yang menyakitkan untuk dirasakan, untuk direnungkan, untuk diketahui kalau kau layak untuknya, mantapkan hatimu kembali, kalau cinta yang kau bangun dulu, dan kau akan bangun kembali dengan bangunan yang lebih kokoh lagi, anggap saja kalau dulu kau belum begitu gigih untuk membangun pondasi cinta yang kuat untuknya. San kali ini kesempatan memang berpihak dua kali padamu, dan yang mesti kau lakukan adalah, kau gunakan dan dia tak kembali ragu untuk meyakinkanmu.Sepertinya ada saja masalah yang hadir dalam cinta, bukankah sudah dibahas tadi kalau itu bumbu, ah itu bukan bumbu, itu suplemen agar kita bisa bertahan. Jika bumbu itu terlalu banyak tidak enaklah sebuah makanan. tapi, jika suplemen itu teratur kita gunakan walaupun banyak itu akan memperkokoh tubuh kita dan tak akan goyah sama sekali. Ini perkara cinta, untuk apa memulai dan menyakiti.Lalu untuk apa kata sempurna? Menjadi yang sempurna memang pilihan, tapi perkara melengkapi jauh lebih baik dari sempurna. Jika ada kesempurnaan namun tidak melengkapi untuk apa? Bukankah cinta untuk saling memberi lalu menerima yang dalam arti melengkapi. Bukan memberi lalu "kau sempurna di matanya". Cinta itu bodoh, cinta itu membuat orang menjadi budak apa yang dicintainya, tapi cinta itu melengkapi apa yang kurang dengan yang dicintainya. Belajarlah melengkapi sebuah cinta, lalu kau akan mendapatkan yang terbaik untuk kau syukuri. Percayalah cinta tak akan membuat orang menjadi budak tapi ini perkara melengkapi, hanya itu.Dan yang terakhir adalah orang yang terbaik saat ini berada jauh dari dirimu, dan sulit untuk meyakinkan apa dia benar-benar yang terbaik dan melengkapi. Kali ini dia memang jauh, bukankah sudah berjanji suatu saat akan bersama. Jadi, perpisahan bukankah perkara waktu? Bukankah waktu akan berjalan cepat seperti kilat, dan sekarang adalah bagaimana membuat kedua-duanya untuk tetap saling meyakinkan. Waktu dan jarak tidak akan pernah menjadi penyebabnya, sebab musabab dari masalah "saling meyakini" adalah hatimu, hatinya, perkara yang mudah bukan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar